| Apakah Malaysia lebih perkauman (rasis) daripada Indonesia? Mengapa, atau mengapa tidak? | Saya sudah pernah tinggal di kedua negara ini dan sebagai perempuan keturunan, saya merasa lebih aman di Malaysia. Namun kalau membicarakan kecocokan, saya lebih cocok dengan orang Indonesia. Kenapa? Jumlah orang Chinese disini jauh lebih banyak sampai-sampai ada partai politik yang memang anggota-anggotanya orang keturunan. Semuanya tentang orang keturunan lebih dinormalisasi. Memaksakan persatuan bukan berarti "lebih tidak rasis" —coba baca sejarah orang Tionghoa di Indonesia dan bagaimana sampai bisa menjadi seperti sekarang. Bertoleransi dan membiarkan tiap etnis mempraktekkan dan melanjutkan kebudayaan leluhurnya juga bukan berarti "rasis". Persatuan dalam perbedaan yang tanpa toleransi sangatlah semu dan overrated. Cuma karena mayoritas orang Amerika Latin berbahasa Spanyol, nggak berarti itu adalah "persatuan dan kebersamaan murni" atau tidak pernah ada sejarah berdarah dibelakangnya. Walau tidak ditanyakan etnis anda di kolom formulir (yang menurut saya bagus-bagus aja kalau tujuannya sensus), perkauman dan rasisme sebenarnya nyata terdapat di kehidupan sehari-hari Indonesia. Catatan: ini adalah berbagi pendapat dari kacamata seorang perempuan keturunan yang sudah pernah tinggal di kedua negara ini, bukannya rangkuman apa yang ditulis oleh link berita cherry-picked untuk menggiring opini tertentu. Anda dipersilahkan berpendapat sebaliknya dengan menulis jawaban sendiri. | | | | |
|