TIDAK MENYEWA HELIKOPTER
yak, anda semua tidak salah baca, Penyesalan terbesar saya adalah tidak menyewa Helikopter.
Sebelumnya, saya pernah share di Quora kisah hidup saya, dan puji syukur banyak rekan Quora disini yang empati dengan kisah saya dan memberikan support kepada saya dan keluarga.
Jawaban Xander Axel untuk Bagaimana rasanya menjadi orang miskin setelah pernah menjadi kaya raya?
setelah membaca kisah saya, pasti sudah dapat di ketahui, sebagai seorang anak dokter bedah yang berkelimpahan secara material. seperti nya saya adalah anak yang manja?
dan jawab nya adalah benar, saya adalah anak manja, yang selalu mengandalkan ayah saya dalam mengambil keputusan. Pendidikan, pekerjaan, kehidupan, bahkan pernikahan pun dari biaya pernikahan, tempat tinggal, biaya hidup selama awal menikah semua di support oleh ayah saya.
semua berjalan normal, apapun yang saya lakukan semua keputusan besar berdasarkan persetujuan ayah saya, sampai, hari itupun tiba.
Saat itu saya berusia 25 tahun, usia yang cukup dewasa untuk orang orang normal. orang lain di usia 25 tahun sudah mempunyai pencapaian nya masing masing namun tidak dengan saya, saya masih hanya seorang "anak papah saya".
Senin 23 maret 2010, saya ingat sekali moment saat itu, hari senin pagi saya berangkat ke kantor dengan hati yang kesal. karena di minggu sebelumnya, saya di tegur keras oleh atasan saya karena sering izin untuk menjaga ayah saya yang sakit. ayah saya sudah seminggu di rawat karena sakit dengan diagnosa awal DBD, dan hari itu saya tidak di berikan izin untuk menjaga ayah.
baru saja duduk di meja kerja, adik saya yang nomer 2 nelepon, dan menginfokan bahwa ayah saya kondisi nya drop, akhirnya saya sudah tidak peduli dengan kerjaan saya dan izin ke atasan saya untuk pulang, saya pun jemput adik saya yg nomer 3 di kampus dan buru buru pulang ke sukabumi.
sesampai di sukabumi, semua keluarga saya sudah berkumpul. dan semuanya panik karena kondisi ayah saya semakin drop, dan ternyata liver ayah saya bermasalah dan harus di rujuk ke rumah sakit jakarta.
karena ayah saya adalah dokter di rumah sakit itu, akhirnya kamipun di fasilitasi untuk mendapatkan fasilitas ambulan dan voorijder ke jakarta. namun dengan lemah ayah saya bertanya, apakah beliau kuat di perjalanan?
kami pun panik semua menunggu keputusan saya, karena saya anak paling tua. karena saya tidak paham dan tidak mengerti kondisi yang terjadi saya meminta saran keluarga, ada yg menyarankan dipaksa ke jakarta dengan pengawalan polisi, ada yg bilang jangan di paksa biar di rawat di RS sukabumi, dan ada yg menyarankan pakai helikopter, kebetulan ada kakak yang bekerja di RS elite di jakarta menawarkan Jasa sewa Helikopter senilai Rp. 40 jt. itu sudah murah karena harga karyawan.
namun karena saya hanya seorang "anak papah saya" saya tidak bisa memutuskan. saat itu nominal 40 jt adalah nominal yg sangat berat. saya langsung bilang tidak sanggup membayar sebesar itu, akhirnya di putuskan ayah saya di bawa menggunakan ambulan dengan pengawalan polisi.
saat itu kami anak anak tidak ada seorang pun yang mengetahui berapa uang yang ayah kami miliki, yang kami tahu hanya biaya hidup kami semua sangat tinggi (saya menikah masi di biayai oleh ayah saya, adik saya 2 orang masih kuliah dan masing masing mempunya biaya hidup dan biaya kuliah yang sangat tinggi, belum lagi biaya ibu tiri saya yang baru 2 tahun di nikahi ayah saya yang membawa 4 orang anak) sehingga, kami berpikiran bahwa ayah saya tidak punya tabungan. dan selalu itu yg beliau sampaikan ke kami. bahwa beliau sedang mengalami kesulitan keuangan. terlebih beliau baru saja pensiun dari pekerjaannya. kami pun saat itu tidak bisa berbuat apa apa selain berusaha untuk tidak banyak membebani ayah kami.
kembali ke situasi ayah saya, akhirnya kami melalui perjalanan darat dan di perjalanan Sukabumi Jakarta, tepat di gerbang tol Cawang, ayah saya menghembuskan nafasnya yang terakhir. kebut kebutan ke rumah sakit pun tidak ada artinya, dan akhirnya ayah saya sampai RS Cipto hanya untuk meninggal. kami pun kehilangan Orang tua kami yang sangat kami cintai. saya sampai di amankan oleh sekuriti karena teriak teriak frustrasi di lorong rumah sakit, ketika dokter menyatakan ayah saya sudah meninggal.
singkat cerita, setelah 6 bulan berselang dan keluar akta waris kami pun bisa mengakses rekening ayah kami, dan ternyata beliau mempunyai dana tunai hampir 1 Milyar. kami pun sangat kaget melihatnya dan tidak berhenti menyesali keadaan tersebut. seandainya kami sedikit peduli dengan kondisi ayah kami, seandainya kami mengetahui detail kesulitan ayah kami, seandainya kami tau kondisi keuangan ayah kami, tentunya kami bisa dengan PD mengatakan lebih baik sewa Helikopter dan mungkin kami masih bisa bersama ayah kami saat ini.
sampai sekarang 12 tahun berlalu, saya sering terbangun sendiri dari tidur dan selalu tidak pernah berhenti Menyesal atas situasi yang terjadi kepada kami di 12 tahun yang lalu.
