| | Bagaimana caramu menikmati kesendirian? | |
- Bernyanyi dan main musik, mengekspresikannya~
Memutar musik di Youtube TV, volume tinggi, dan bernyanyi-nyanyi. Kadang-kadang saya melakukannya ketika bersih-bersih sendirian, barang-barang yang saya pegang akan jadi micropohne main-mainan. Misalnya saja sapu, itu akan jadi stand mic saya. Padahal suara pas-pasan, gayanya selangit. Phew. Tidak jarang juga menarik gitar di sana, mainkan lagu pengunggah jiwa saya macam lagu Don't Look Back in Anger atau I Don't Want Miss a Thing atau beberapa lagunya The Beatles. Saya suka mendengar musik folk, tapi untuk main gitar dalam kesendirian, rock jadi pilihan. Sendirian menjadikan saya perempuan yang tak tahu malu, memetik gitar dengan kasar-kasar ngikut ketukan lagu yang tajam, menyanyi setengah teriak, dan jantung berdegup kencang ingin meminta lebih, anehnya, tapi saya menikmati ekspresi-ekspresi itu. Musik adalah ekspresi emosional, pada beberapa kondisi musik memiliki fungsi sebagai kendaraan dalam mengekspresikan ide-ide dan emosi. Saya dan gitar yang bertengger di ruang keluarga dan selalu memanggil-manggil minta dimainkan.
- Perpustakaan bagi saya bukan tempat untuk 'bersama-sama', tidak ada keraguan bagi saya tentang itu. Saya rasa bahwa bersama seseorang di perpustakaan, potensial hanya menjadi distraksi khusus. Saya lebih suka sendiri. Membaca, menulis blog, atau sekedar.. melarikan diri dari hiruk pikuk yang tak mengenakkan di luaran sana. Tempat itu menyajikan banyak kebaikan-kebaikan. Ilmu, buku-buku mahal yang kemungkinan besar sekarang saya enggak bisa beli karena mahal untuk mahasiswa, atau sesederhana orang-orang kutu buku dan serius yang sejuk sekali dipandang, atau aroma-aromanya, warnanya, suara-suara lembar kertas, ah! Perpaduan yang menyenangkan, menenangkan. Keluar dari perpustakaan, energi saya penuh. Teman saya pernah mendapati saya jalan ke fakultas habis dari perpus, dia bilang saya kayak anak kecil riang gembira yang habis mandi jalan-jalan sore. Lol
Masih di lembar pertama sudah "I hate definitions" ae, Mas Benji :D
- Refleksi diri; part paling indah dalam kesendirian. Saya tidaklah orang yang sering dalam kondisi sendiri, jadi biasanya saya sengaja naik kendaraan umum untuk bisa mendapatkan kesempatan itu. Di perjalanan, saya jarang main handphone. Nikmat saja saya rasa, ketika bisa menonton bagaimana hiruk pikuk di jalan, memprosesnya, dan membuat satu untaian informasi dan/ atau pesan berarti. Misalnya saja bagaimana ekspresi-ekspresi orang merespon sesuatu. Perilaku orang dalam berkendara; yang berkali-kali klakson padahal semua orang kena macet, yang membiarkan penyebrang lewat, yang memberi ke pak ogah dengan kaca terbuka besar dan senyum ramah. Yang mengumpat ke pengendara yang tidak berhati-hati. Banyak tipikal manusia di sana, banyak beragam informasi yang masuk, banyak juga yang bisa saya ambil untuk kemudian hari.
Ada banyak, banyak sekali cerita-cerita dari kendaraan umum. Saya tidak pernah lupa saat nenek usia renta yang sendirian naik kendaraan umum lalu ujungnya bertanya ke saya : "ini kita mau kemana?". Saya tidak pernah lupa saat jalanan macet jam pulang kerja, ada 3 anak-anak kecil kepanasan dan kehausan merengek ke ibunya yang gusar kebingungan. Saya tidak pernah lupa ketika ada 2 ibu-ibu bercadar naik tapi isi obrolannya tidak berhenti membicarakan keburukan orang lain. Atau ketika melihat pedagang jalanan yang berpeluh menuju pasar membawa dagangan beratnya di punggung. Untuk saya yang saat ini masih berputar-putar melulu tentang diri sendiri, di kendaraan umum sekitar 12 km jauhnya, 40 menitan lamanya, itu perjalanan yang banyak 'menyentil' saya. Saya tidak tahu banyak, yang saya tahu, saya menyingkat semua menjadi refleksi sederhana yang berarti. | | | | |
|
