Saya bisa dibilang sebagai seorang anak yang kekurangan figure ayah, meski tidak berasal dari keluarga broken home.
Ayah saya sendiri, nyaris tidak pernah ambil bagian dalam hal pengasuhan anak. Mengasuh anak dianggap adalah tugas ibu sepenuhnya, sedangkan tugas ayah adalah mencari nafkah. Dan hal ini juga dipraktekkan oleh keluarga Indonesia pada umumnya.
Sebelum saya masuk SMP, ayah bekerja sebagai kuli bangunan di luar kota selama satu atau beberapa bulan, dan pulang ke rumah hanya sekitar seminggu saja dan setelah itu Kembali merantau ke kota.
Begitu juga ayah dari anak anak tetangga saya.
Hal itu tetap dilakukan oleh ayah hingga corona mewabah, setelah semua anaknya sudah mandiri dan bisa bekerja.
Dan kasus lain yang kerap terjadi,
Ketika terjadi perceraian, seorang ayah juga kerap lepas tanggung jawab kepada anak anaknya. Dikirannya setelah bercerai dia Kembali jadi bujangan lagi dan bisa mencari istri baru.
Perlindungan hukum yang begitu lemah membuat Ibu tidak bisa menuntut nafkah kepada ayah dari anak anaknya. Pun tidak ada sanksi yang tegas yang dijatuhkan kepada ayah yang lalai dalam memberikan "Child support" lalu ujung ujungnya si Ibu lah yang harus kerja pontang panting untuk menafkahi anak anaknya. Sedangkan si Bapak sibuk kelonan dengan istri baru.
Tapi seorang ayah nggak akan benar benar lupa kok kepada anak anaknya kok. Suatu hari mereka pasti ingat bahwa beberapa spermanya sudah menjadi manusia, kalau sudah tua, sakit sakitan, bangkrut dan ditinggal sama istri muda.
